LICHENS (LUMUT KERAK)
L |
ichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan algae sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut kerak ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.
Dalam hidupnya lichens tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichens yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali. Lichens menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar terik matahari, mengusir atau menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi kompetisi dengan tumbuhan, dan lainnya. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichens ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabuabuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.
Algae dan jamur bersimbiosis membentuk lichens baru jika bertemu jenis yang tepat. Dimana sedikit banyak berpengaruh, seperti jamur tidak bisa melakukan fotosintesis, kemampuan ini secara alami dilakukan secara bebas oleh algae. Lichens biasanya ditemukan disekitar lingkungan dimana organisme lain tidak dapat tumbuh dan mereka berhasil membuat suatu koloni pada lingkungan tersebut yang dikarenakan oleh hubungan mutualisme antara algae dengan jamur.
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau klasifikasi lichens dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichens dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichens perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh lichens tidak akan membentuk tubuh lichens tanpa algae. Hal lain didukung oleh karena adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada algae dan jamur yang hidup terpisah.
Bentuk dari lichens biasanya dapat dideterminasi dengan melihat sel jamurnya saja, dan sebagian besar jenis jamur dapat membentuk asosiasi dengan lichens. Keanekaragaman dari tipe algae lebih sedikit, dan banyak dari tipe lichens mungkin mempunyai komponen algae yang sama. Beberapa lichens terdiri dari sianobakteri termasuk dalamalgae yang berfungsi sebagai komponen fototropik. Algae atau sianobakteri biasanya ada pada lapisan yang berbeda pada struktur lichens.
Jamur sangat jelas mendapatkan keuntungan, tetapi apa keuntungan yang didapatkan algae?. Jamur dipastikan menyediakan tempat untuk algae tumbuh yang terlindung dari erosi oleh hujan dan angin. Sebagai tambahan, jamur memfasilitasi algae untuk menarik dan menyerap air dari batu atau substrat lain dan kebutuhan nutrient anorganik esensial lainnya untuk pertumbuhan algae dimana lichens hidup. Asam lichens merupakan senyawa organik komplek yang dihasilkan oleh jamur, dalam bentuk nutrient yang tidak larut dan chelation. Kegunaan jamur lainnya adalah melindungi algae dari kekeringan; sebagian besar tempat hidup lichens adalah tempat hidup yang kering (batu, tanah, atap rumah, dan jamur pada umumnya lebih baik mentolerir kondisi kekurangan air daripada algae.
Sebagian besar lichens tumbuh secara ekstrim lambat – untuk tumbuh 2 cm saja, lichens yang tumbuh pada batu bisa menempuh waktu bertahun-tahun. Pengukuran pertumbuhan lichens, berkisar antara 1 mm per tahun tetapi tidak lebih 3 cm/tahun tergantung dari organisme yang bersimbiosis, banyaknya hujan yang turun dan sinar matahari yang didapat, dan cuaca pada umumnya. Walaupun lichens hidup tumbuh dialam pada kondisi yang tidak menguntungkan, lichens sangat sensitif terhadap pencemaran udara dan cepat menghilang pada daerah yang mempunyai kadar polusi udara yang berat. Salah satu yang menyebabkan ini terjadi lichens dapat menyerap dan mengendapkan mineral dari air hujan dan udara dan tidak dapat mengeluarkannya sehingga konsentrasi senyawa yang mematikan seperti SO2 sangat mudah masuk.
MORFOLOGI THALLUS
A. Morfologi Luar
Tubuh lichens dinamakan thallus yang secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan algae dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichens. Algae selalu berada pada bagian permukaan dari thallus. Berdasarkan bentuknya lichens dibedakan atas empat bentuk :
a. Crustose
Lichens yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
Haematomma accolens Acarospora
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis, disebut leprose.
Caloplaca luteominea subspesies bolanderi (lichen endolitik)
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichens ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia dan lainnya.
Xantoria elegans Physcia aipolia
Peltigera malacea Parmelia sulcata
c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.
Usnea longissima Cladonia perforate Ramalina stenospora
d. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Psora pseudorusselli Cladonia carneola
B. Morfologi dalam (Anatomi)
Struktur morfologi dalam diwakili oleh jenis foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu :
- Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
- Daerah algae, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichens tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
Struktur melintang lichens Crustose
Struktur melintang lichens Foliose
Dari potongan melintang Physcia sp. terlihat lapisan hijau sel-sel algae dan rhizines coklat bercabang pada bagian bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan lapisan coklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang mengandung spora jamur.
Potongan melintang Physcia sp.
C. Struktur Vegetatif
Struktur tubuh lichens secara vegetatif terdiri dari :
- Soredia. Soredia terdapat pada bagian medulla yang keluar melalui celah kulit. Diameternya sekitar 25–100 μm, sehingga soredia dapat dengan mudah diterbangkan angin dan akan tumbuh pada kondisi yang sesuai menjadi tumbuhan licenes yang baru. Jadi pembiakan berlangsung dengan perantaraan soredia. Soredia itu sendiri merupakan kelompok kecil sel-sel gangang yang sedang membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi satu badan yang dapat terlepas dari induknya. Soredia ini terdapat di dalam soralum. Potongan Lobaria pulmonaria. Bagian hitam yang membengkak disebut cephalodium dan struktur bentuk mahkota adalah soralium dengan bentuk bola kecil soredia di atasnya. Lapisan hijau adalah koloni algae.
Cephalodium (tanda panah) dan Soredium.
- Isidia. Isidia berbentuk silinder, bercabang seperti jari tangan dan terdapat pada kulit luar. Diamaternya 0,01–0,03 μm dan tingginya antara 0,5–3 μm. Berdasarkan kemampuannya bergabung dengan thallus, maka dalam media perkembangbiakan, isidia akan menambah luas permukaan luarnya. Sebanyak 25–30% dari spesies foliose dan fructicose mempunyai isidia. Proses pembentukan isidia belum diketahui, tetatpi dianggap sebagai faktor genetika.
- Lobula. Lobula merupakan pertumbuhan lanjutan dari tahllus lichens yang sering dihasilkan di sepanjang batas sisi kulit luar. Lobula ini dapat berkembang dengan baik pada jenis foliose, Genus Anaptycia, Neproma, Parmelia dan Peltigera. Lobula sangat sukar dibedakan dengan isidia.
- Rhizines. Rhizines merupakan untaian yang menyatu dari hifa yang berwarna kehitam-hitaman yang muncul dari kulit bagian bawah (korteks bawah) dan mengikat thallus ke bagian dalam. Ada dua jenis rhizines yaitu bercabang seperti pada Ctraria, Physcia dan Parmelia dan yang tidak bercabang terdapat pada Anaptycis dan beberapa Parmelia.
- Tomentum. Tomentum memiliki kepadatan yang kurang dari rhizines dan merupakan lembaran serat dari rangkaian akar atau untaian yang renggang. Biasanya muncul pada lapisan bawah seperti pada Collemataceae, Peltigeraceae dan Stictaceae.
- Cilia. Cilia berbentuk seperti rambut, menyerupai untaian karbon dari hifa yang muncul di sepanjang sisi kulit. Cilia berhubungan dengan rhizines dan hanya berbeda pada cara tumbuh saja.
- Cyphellae dan Pseudocyphellae. Cypellae berbentuk rongga bulat yang agak besar serta terdapat pada korteks bawah dan hanya dijumpai pada genus Sticta. Pseudocyphellae mempunyai ukuran yang lebih kecil dari cyphellae yaitu sekittar 1 μm dan terdapat pada korteks bawah spesies Cetraria, Cetralia, Parmelia dan Pasudocyphellaria. Rongga ini berfungsi sebagai alat pernafasan atau pertukaran udara.
- Cephalodia. Cephalodia merupakan pertumbuhan lanjutan dari thallus yang terdiri dari algae-algae yangg berbedadari inangnya. Pada jenis peltigera aphthosa, cephalodia mulai muncul ketika Nostoc jatuh pada permukaan thallus dan terjaring oleh hifa cephalodia yang berisikan Nostoc biru kehijauan. Jenis ini mampu menyediakan nitrogen thallus seperti Peltigera, Lecanora, Stereocaulon, Lecidea dan beberapa jenis crustose lain.
KLASIFIKASI LICHENS
Lichens sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari algae dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichens dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichens dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari algae dan fungi.
Lichens memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
A. Ascolichens
- Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
- Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichens membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam kelas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen algae dari famili: Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin.
Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dan lainnya.
B. Basidiolichens
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan algae Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filament yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dan lainnya.
2. Berdasarkan algae yang menyusun thalus
A. Homoimerus
Sel algae dan hifa jamur tersebar merata pada thallus. Komponen algae mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae. Contoh : Ephebe, Collema.
Collema coccophorum
B. Heteromerous
Sel algae terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, algae tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia
3. Berdasarkan type thallus dan kejadiannya
A. Crustose atau Crustaceous.
Merupakan lapisan kerak atau kulit yang tipis di atas batu, tanah atau kulit pohon. Seperti Rhizocarpon pada batu, Lecanora dan Graphis pada kulit kayu. Mereka terlihat sedikit berbeda antara bagian permukaan atas dan bawah.
Rhizocarpon geographicum Lecanora argopholis
B. Fruticose atau filamentous.
Lichen semak, seperti silinder rata atau seperti pita dengan beberapa bagian menempel pada bagian dasar atau permukaan. Thallus bervariasi, ada yang pendek dan panjang, rata, silindris atau seperti janggut atau benang yang menggantung atau berdiri tegak. Bentuk yang seperti telinga tipis yaitu Ramalina. Bentuk panjang menggantung seperti Usnea dan Alectoria. Cladonia adalah tipe antara kedua bentuk itu.
Alectoria samentosa Cladonia cornuta
Secara umum Taksonomi lichens menurut Misra dan Agrawal (1978) adalah sebagai berikut :
Kelas Ascolichens
Ordo Lecanorales
Famili Lichinaceae, Collemataceae, Heppiaceae, Pannariaceae, Coccocarpiaceae, Perltigeraceae, Stictaceae, Graphidaceae, Thelotremataceae, Asterothyriaceae, Gyalectaceae, Lecidaeceae, Stereocaulaceae, Cladoniaceae, Umbilicariaceae, Lecanoraceae, Parmeliaceae, Usneaceae, Physciaceae, Theloshistaceae.
Ordo Sphariales
Famili Pyrenulaceae, Strigulaceae, Verrucariaceae
Ordo Caliciales
Famili Caliciaceae, Cypheliaceae, Sphaephoraceae
Ordo Myrangiales
Famili Arthoniaceae, Myrangiaceae
Ordo Pleosporales
Famili Arthopyreniaceae
Ordo Hysteriales
Famili Lecanactidaceae, Opegraphaceae, Rocellaceae
Kelas Basidiolichens
Famili Herpothallaceae, Coraceae, Dictyonamataceae, Thelolomataceae.
Klas Lichens Imperfect
Genus Cystocoleus, Lepraria, Lichenothrix, Racodium.
PERKEMBANGBIAKAN LICHENS
Perkembangbiakan lichens melalui tiga cara, yaitu :
A. Secara Vegetatif
ü Fragmentasi. Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose lichens, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichens yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
ü Isidia. Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
ü Soredia. Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichens baru. Lichens yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
B. Secara Aseksual
Metode reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan spora yang sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut pycnidiospores.
Pycnidiospores berukuran kecil, sporanya yang tidak motil, dan diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia. Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan algae yang sesuai terjadi perkembangan menjadi lichens yang baru.
C. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichens hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichens.
KEGUNAAN EKONOMI LICHENS
Lichens memiliki bermacam-macam kegunaan dan bahaya, antara lain :
A. Lichens sebagai bahan makanan
Thallus dari lichens belum digunakan sebagai sumber makanan secara luas, karena lichens memiliki suatu asam yang rasanya pahit dan dapat menimbulkan gatal-gatal, khususnya asam fumarprotocetraric. Asam ini harus dibuang terlebh dahulu dengan merebusnya dalam soda. Tanaman ini mempunyai nilai, walaupun tidak sama dengan makanan dari biji-bijian. Pada saat makanan sulit didapat, orang-orang menggunakan lichens sebagai sumber karbohidrat dengan mencampurnya dengan tepung. Di Jepang disebut Iwatake, dimana Umbilicaria dari jenis foliose lichens digoreng atau dimakan mentah.
Lichens juga dimakan oleh hewan rendah maupun tingkat tinggi seperti siput, serangga, rusa dan lain-lain. Rusa karibu menjadikan sejumlah jenis lichens sebagai sumber makanan pada musim dingin, yang paling banyak dimakan adalah Cladina stellaris. Kambing gunung di Tenggara Alaska memakan lichens dari jenis Lobaria linita.
Umbilicaria americana Cladina stellaris Lobaria linita
B. Lichens sebagai obat-obatan
Pada abad pertengahan lichens banyak digunakan oleh ahli pengobatan. Lobaria pulmonaria digunakan untuk menyembuhkan penyakit paru-paru karena Lobaria dapat membentuk lapisan tipis pada paru-paru. Selain itu lichens juga digunakan sebagai ekspektoran dan obat liver. Sampai sekarang penggunaan lichens sebagai obat-obatan masih ada.
Dahulu di Timur Jauh, Usnea filipendula yang dihaluskan digunakan sebagai obat luka dan terbukti bersifat antibakteri. Senyawa asam usnat (yang terdapat dalam ekstrak spesis Usnea) saat ini telah digunakan pada salep antibiotik, deodoran dan herbal tincture. Spesies Usnea juga digunakan dalam pengobatan Cina, pengobatan homeopathic, obat tradisional di kepulauan Pasifik, Selandia Baru dan lain benua selain Australia. Banyak jenis lichens telah digunakan sebagai obat-obatan, diperkirakan sekitar 50% dari semua spesies lichens memiliki sifat antibiotik. Penelitian bahan obat-obatan dari lichens terus berkembang terutama di Jepang.
Lobaria pulmonaria Usnea filipendula
C. Lichens sebagai antibiotik
Substrat dari lichens yaitu pigmen kuning asam usnat digunakan sebagai antibiotik yang ampu menghalangi pertumbuhan Mycobacterium. Cara ini telah digunakan secara komersil. Salah satu sumber dari asam usnat ini adalah Cladonia dan antibiotik ini terbukti ampuh dari penisilin. Selain asam usnat terdapat juga zat lain seperti sodium usnat, yang terbukti ampuh melawan kanker tomat. Virus tembakau dapat dibendung dan dicegah oleh ekstrak lichens yaitu : lecanoric, psoromic dan asam usnat.
D. Lichens yang berbahaya
Pigmen kuning yang berasal dari jenis Usnea dan Everia dapat menyebabkan alergi pada kulit dan menyebabkan gatal-gatal. Abu soredia yang melekat pada kulit akan menimbulkan rasa gatal. Lichen serigala atau Letharia vulpina adalah lichen beracun. Dari namanya menggambarkan kegunaannya secara tradisional di bagian utara Eropa sebagai racun untuk serigala. Bangsa Achomawi menggunakannya (kadang-kadang dicampur dengan bisa ular) untuk membuat panah beracun. Walaupun demikian, suku Blackfoot dan Okanagan-Colville memakai Letharia sebagai teh obat.
E. Kegunaan lain dari lichen
Dari hasil ekstraksi Everina, Parmelia, dan Ramalina diperoleh minyak. Beberapa di antaranya digunakan untuk sabun mandi dan parfum. Di Mesir digunakan sebagai bahan pembungkus mummi dan campuran buat pipa cangklong untuk merokok, khususnya Parmelia audina yang mengandung asam lecanoric. Ekstrak lichens dapat juga dibuat sebagai bahan pewarna untuk mencelup bahan tekstil. Bahan pewarna di ekstrak dengan cara merebus lichens dalam air, dan sebagian jenis lain diekstrak dengan cara fermentasi lichens dalam amonia. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara.
Evernia prunastri yang tumbuh di ranting pohon oak di
Utara California. Spesies ini di diproduksi secara komersial
di Eropa dan dikirim ke Perancis untuk industri parfum.
DAFTAR PUSTAKA
Bold, H.C., C.J. Alexopoulus, T. Delevoryas, 1987. Morphology of Plants and
Fungi. Fifth edition. Harper and Row Publishers. New York.
Duta, A.C. 1968. Botany for Degree Stuudens. Oxford University Press. Bombay-Calcuta-Madras.
Misra, A. ,R.P. Agrawal. 1978. Lichens (A Preliminary Text). Oxford and IBH
Publishing Co. New York-Bombay-Calcuta.
Sharnoff. S. D. 2002. Lichen Biology And The Environment The Special Biology Of Lichens. http:/ www.lichen.com.
_________________. Lichens And Wildlife. http://www.lichen.com
_________________. Lichens And People. For a Bibliographical Database of the Human Uses of Lichens. http://www.lichen.com
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar